Tampilkan postingan dengan label Seputar Edukasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seputar Edukasi. Tampilkan semua postingan

Pengaruh Narasi di Media Dalam Membentuk Sikap Keagamaan Anak Muda

Hasil survei menunjukkan bahwa generasi milenial dan generasi z memiliki aktivitas digital yang tinggi terkait isu keagamaan. Hal ini membuat mereka rentan terhadap narasi konservatisme di media sosial. Masyarakat cenderung menjadikan media sosial, televisi, radio, dan siniar sebagai ruang untuk mencari pengetahuan tentang agama. Hal ini membuat semua pihak, termasuk negara, perlu lebih memperhatikan berbagai media, khususnya media sosial, karena memainkan peran penting dalam membentuk sikap keagamaan seseorang. Hal tersebut terangkum dalam hasil survei nasional tentang pengaruh media dalam proses beragama generasi muda Survei nasional yang dilakukan pada 13-22 Oktober 2021 dengan total 1.214 responden ini melihat empat media sekaligus, yakni media sosial, televisi, radio, dan siniar ( podcast). [1]

Survei nasional ini dilakukan karena sejumlah literatur telah menjelaskan bahwa media menjadi sarana strategis untuk menyebarkan keagamaan, termasuk paham konservatif. Namun, beberapa studi yang telah dilakukan baru membahas produsen dan narasi keagamaan yang terdapat di media. Studi dari PPIM UIN ini lebih spesifik melihat audiens atau konsumen dari narasi keagamaan di media. Survei ini juga melihat perbedaan narasi keagamaan antar-media dan usia konsumennya, terutama generasi muda dan tua [1]

Hasil survei menunjukkan televisi dan media sosial merupakan media yang paling sering digunakan untuk mengetahui informasi atau program keagamaan. Dari faktor usia, generasi muda (milenial dan generasi z) lebih sering mengakses informasi keagamaan dari media sosial dan siniar. Sementara generasi tua (boomer dan generasi x) mengakses informasi keagamaan dari radio dan televisi.

Pada aspek media sosial, 96,35 persen responden menjadikan WhatApp sebagai aplikasi atau platform untuk mencari pengetahuan agama. Salah satu pengetahuan dan informasi agama dari WhatsApp bersumber dari grup-grup yang dibuat masyarakat.

Adapun media sosial lainnya yang digunakan adalah Facebook (83,04 persen), YouTube (62,23 persen), Instagram (55,55 persen), telegram (28,61 persen), Tiktok (25,16 persen), Twitter (18,21 persen), dan Line (11,85 persen).

Berkaca dari hasil survei ini, generasi muda, khususnya generasi milenial dan generasi z, cenderung menjadikan media sosial sebagai sumber pengetahuan agamanya. Mereka juga paling aktif di media sosial dengan aktivitas, seperti menonton ceramah, memberikan respons suka/tidak suka ( like/dislike), berkomentar, dan membagikan tautan. [1]

Semakin tinggi tingkat religiositas individu, semakin sering pula dia memberikan like atau dislike, berbagi, dan menonton ceramah agama. Semakin individu merasa sebagai religious opinion leader atau sering ditanya tentang ilmu keagamaan, maka dia makin aktif di media sosial. [1]

Selain itu, hasil survei menunjukkan, generasi muda yang sering terpapar atau menonton media konservatif dan islamis akan memiliki tingkat konservatisme agama yang tinggi. Sebaliknya, tingkat konservatisme agama akan rendah bagi generasi milenial, x, dan z yang sering menonton atau mengakses media dengan informasi agama yang moderat.

Secara keseluruhan, hasil survei menyimpulkan bahwa generasi milenial dan generasi z memiliki aktivitas digital yang tinggi terkait isu keagamaan. Hal ini membuat mereka rentan terhadap narasi konservatisme di media sosial. Namun, peran media sosial hanya memfasilitasi pembentukan konservatisme tetapi tidak mempercepatnya.

Para peneliti dalam survei ini pun merekomendasikan kepada negara, kelompok masyarakat sipil, dan pihak terkait lainnya agar lebih memperhatikan berbagai ruang di media.

Hal itu disebabkan media berperan penting dalam membentuk sikap keagamaan seseorang. Salah satu upaya menekan konservatisme agama ini dapat dilakukan dengan menggencarkan narasi keagamaan yang moderat khususnya di media sosial.

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) juga telah melakukan riset tentang kualitas media daring dalam melakukan kontra narasi ekstremisme. Terdapat tiga cara menyikapi media daring ekstrem, yakni melakukan pemblokiran, penguatan literasi media, dan kontranarasi ekstremisme. Namun, langkah pemblokiran media daring ekstrem tidak sepenuhnya efektif. Sebab, media ekstrem lainnya kemungkinan akan tetap muncul setelah pemblokiran. Pendekatan literasi media kepada masyarakat juga dipandang membutuhkan upaya dan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, upaya saat ini yang dinilai dapat menjadi solusi yaitu dengan penguatan media yang mengembangkan kontra narasi ekstremisme. [2]

Merespons hasil survei ini, Kominfo memiliki program percepatan transformasi digital. Masyarakat dari semua generasi dan golongan harus bisa mengakses teknologi digital sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan. Menyikapi dunia digital yang sangat kompleks, termasuk berperan dalam konservatisme agama, Kominfo tengah menyusun upaya untuk meningkatkan kecakapan berdigital masyarakat. Hal ini penting dilakukan karena pemerintah tidak mungkin memutus jaringan internet di wilayah yang mungkin terindikasi banyak konservatisme agama.[3]

Diakui bahwa penyampaian berbagai pesan pembangunan, kebaikan, dan moralitas dari pemerintah tidak sepenuhnya dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Sebab, hasil analisis menunjukkan penyampaian informasi dari pemerintah kerap ditolak atau diabaikan oleh publik. Secara komunikasi mungkin pesan dari pemerintah belum dikemas dan masih memakai model lama yang panjang dan tidak ada ilustrasi. Ini bisa menjadi catatan kritis agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang utuh, termasuk soal regulasi. [3]

------------------------

[1] Iim Halimatusadiyah (Koordinator Survei Nasional Media dan Agama PPIM UIN Jakarta) kompas.id/08/12/2021

[2[ Abdul Jamil (Peneliti Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagaman Kemenag) kompas.id/08/12/2021

[3] Widodo Muktiyo (Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bidang Komunikasi) kompas.id/08/12/2021

logoblog

Apa Perbedaan Antara Empati dan Simpati ?

Selama menjadi seorang guru, mungkin ada beberapa kali kita mungkin merasa simpati kepada seorang siswa. Namun, seorang guru yang peduli berempati dengan siswa hampir setiap hari. Penting untuk memahami perbedaan dalam situasi emosi ini dan mengapa empati merupakan karakteristik yang sangat penting dalam membantu mengembangkan seluruh anak.

Apa Perbedaan Antara Empati dan Simpati

Apa itu Empati?

Memiliki empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang sedang dialami orang lain. Namun empati juga lebih dari itu. Memiliki empati berarti seseorang dapat merasakan apa yang disebabkan oleh situasi yang dirasakan orang lain. Ini adalah pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman, tantangan, dan bahkan proses berpikir orang tersebut.

Apa itu Simpati?

Sederhananya, simpati adalah perasaan sedih terhadap orang lain. Kita sering mengasosiasikan simpati dengan kehilangan orang yang dicintai. Ini juga bisa berarti merasa kasihan atas kemalangan orang lain; misalnya, jika rumah tetangga terbakar, orang mungkin merasa simpati atas kehilangan mereka.

Apa bedanya?

Akhiran dari dua kata ini, “-pathy,” berasal dari kata Yunani “pathos” yang berarti menderita. Meskipun kedua emosi ini serupa, ada beberapa perbedaan. Simpati adalah respons yang menghakimi. Orang yang merasakan simpati mungkin tidak sepenuhnya terhubung atau memahami apa arti kehilangan orang lain bagi mereka. Empati adalah hubungan yang lebih mendalam terhadap perasaan apa yang dialami orang lain terkait dengan pengalamannya sendiri.

Baru-baru ini, para guru telah mengembangkan empati mereka ketika mereka bekerja dengan siswa yang menderita kerugian dan tekanan terkait keluarga akibat dampak pandemi COVID-19. Seorang guru mungkin bersimpati terhadap siswa yang kehilangan orang yang dicintai karena virus, tetapi akan berempati dengan menyediakan lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas berbasis komputer di sekolah kepada siswa yang orang tuanya kehilangan pekerjaan karena karantina yang ekstensif.

Mengapa Ini Penting untuk Dimiliki Siswa?

Melalui kegiatan pembentukan karakter, guru sering membagikan moto, “Perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.” Untuk mengajar siswa menjadi simpatik dan empati, ini sering datang melalui pemodelan. Jika siswa melihat guru merespon dengan simpatik ketika seseorang di dalam ruangan mengalami kehilangan, maka siswa dapat bereaksi dengan cara yang sama.

Mengajarkan empati seringkali mengharuskan seorang pendidik untuk berpikir keras dan memandu siswa melalui mengapa mereka merespons dengan cara yang penuh perhatian terhadap seseorang yang berjuang dengan keterampilan atau stresor baru dalam hidup mereka. Pemodelan ini akan mendorong siswa untuk berpikir tentang orang lain sebelum menanggapi tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang lain sebagai akibat dari kata-kata atau tindakan mereka.

Kegiatan yang Mempromosikan Empati dan Simpati

Mengajarkan keterampilan melalui pembelajaran sosial-emosional membutuhkan waktu dan banyak latihan dari pihak siswa. Mereka bukan keterampilan yang dapat diajarkan secara terpisah melainkan harus sering dipraktekkan. Sebagai seorang guru mengamati siswa berinteraksi, kebutuhan yang berbeda mungkin muncul yang guru dapat tekankan.

Ada berbagai kegiatan kelas yang dapat digunakan untuk mempromosikan pengembangan keterampilan empati dan simpati.

Video yang Mengajarkan tentang Keterampilan Emosional

Untuk siswa yang lebih muda, ada banyak video pendek yang sesuai untuk mengajarkan empati kepada orang lain. Beberapa berbicara langsung ke topik, seperti Semua Tentang Empati dan Apa Itu Empati , sementara yang lain memiliki karakter yang menunjukkan tindakan empati terhadap orang lain. Ini memungkinkan guru untuk berhenti dan berdiskusi dan memberikan model bagi siswa melalui karakter yang dipercaya. Bahkan ada TED Talks dan video pelatihan lainnya untuk siswa hingga usia sekolah menengah.

Model Empati dan Simpati

Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan reaksi emosional adalah menjadi panutan yang baik. Ketika siswa melihat seorang guru bertanya kepada siswa lain bagaimana keadaan mereka setelah kembali dari pemakaman anggota keluarga, mereka belajar bagaimana merespons dalam situasi yang sama dengan tepat. Demikian pula, ketika seorang guru berbicara kepada siswa tentang bagaimana suatu peristiwa, seperti penyakit, membuat guru merasa dan bertanya apakah ada orang lain yang pernah merasakan hal yang sama, guru mengembangkan rasa pengertian dan menghubungkan perasaan orang lain.

Diskusi tentang Emosi

Selama beberapa menit setiap hari, seorang guru dapat membuka diskusi tentang skenario potensial dan emosi yang dibawa masing-masing. Ini bisa menjadi kegiatan turn-and-talk di mana pasangan mendiskusikan bagaimana perasaan atau perasaan mereka jika mereka mengalami peristiwa negatif atau positif tertentu, seperti: ketika hewan peliharaan tersesat, ketika mereka memenangkan perlombaan, ketika mereka membutuhkan pelukan tetapi tidak ada orang di sekitar, ketika seseorang memberi tahu mereka bahwa mereka mengenakan kemeja di penghujung hari, ketika kakek-nenek mereka membawakan mereka hadiah tak terduga, dll. Untuk memperluas kegiatan ini, mintalah anak-anak membuat wajah yang mengungkapkan perasaan itu.

Jadikan itu Game Menebak

Guru juga dapat membantu siswa berhubungan dengan perasaan orang lain dengan membaca bahasa tubuh. Untuk kegiatan ini, guru dapat menampilkan gambar seseorang yang membuat wajah tertentu atau menunjukkan bahasa tubuh yang mengekspresikan suatu emosi. Guru kemudian dapat meminta siswa untuk menentukan perasaan mereka. Untuk memperluas ini, siswa dapat mengembangkan ide-ide yang mungkin menjelaskan mengapa orang ini merasa seperti ini. Hal ini memungkinkan siswa untuk membaca bahasa tubuh dan menghubungkan pengalaman mereka sendiri dengan situasi tersebut.

Keterampilan Mendengarkan

Mengajar anak-anak untuk menjadi pendengar yang baik ketika menjelaskan bagaimana perasaan mereka bisa menjadi tugas yang menantang. Secara alami, anak-anak ingin menyela dan menceritakan bagaimana perasaan mereka alih-alih mendengarkan dan berhubungan dengan orang itu. Keterampilan ini dapat diajarkan, meskipun.

Seorang guru dapat membaca bagian dari sebuah cerita dan mengajukan pertanyaan seperti:

  • Bagaimana perasaan karakternya?
  • Bagaimana Anda bisa tahu karakternya kesal/bersemangat/dll.?
  • Apa yang membuat karakter kesal/bersemangat/dll?

Guru dapat memperluas kegiatan dengan mengajukan pertanyaan seperti:

  • Apa yang akan Anda lakukan untuk membantu karakter ini merasa lebih baik jika Anda berada dalam cerita?
  • Pernahkah Anda merasakan hal ini, dan jika ya, apa yang membuat Anda merasa seperti ini?

Mengajar anak-anak untuk bersimpati dan berempati dengan orang lain akan membantu membangun budaya hormat. Siswa harus dapat melihat sudut pandang orang lain ketika melalui situasi stres, meskipun penting juga bahwa anak-anak memahami bahwa mereka tidak harus memecahkan masalah orang lain untuk berempati. Dengan memodelkan dan mengajarkan emosi-emosi ini, siswa akan belajar memberi dan menerima tanggapan yang tepat terhadap berbagai situasi dalam kehidupan orang lain.

logoblog

Pedagogi Kreatif untuk Pendidikan Sejarah

Pengembangan ilmu sejarah dan historiografi butuh keterhubungan dengan berbagai bidang ilmu. Pendekatannya pun berubah, tak semata tentang kejadian masa lalu, tetapi juga bereksplorasi, berefleksi, serta berperspektif perkembangan hari ini dan masa depan dengan mempertimbangkan dinamika kehidupan manusia dan ilmu-ilmu lain.


Para sejarawan dan pendidik sejarah dapat berkreativitas dan bereksplorasi guna mengaitkan sejarah dengan tantangan kehidupan masa kini untuk membuat sejarah konteksual dan bermakna. Dalam pendidikan sejarah di sekolah, para guru harus dapat melawan stigma yang telanjur melekat bahwa belajar sejarah membosankan.

Dalam kajian sejarah kini sudah berkembang yang kualitatif. Ini memerlukan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Jadi, sejarah tidak bisa berdiri sendiri. Sejarawan perlu tahu teori sosiologi, antropologi, politik, dan lainnya. Bahkan, sejarah mengenai kehidupan sehari-hari atau sejarah mentality hingga sejarah ekonomi belum banyak dilakukan. Kajian sejarah membutuhkan keterbukaan. Sejarawan muda perlu terus belajar dan mendalami ilmu lain.

Saat ini penting untuk bisa mengaitkan sejarah dengan lingkungan hidup. Salah satunya, tentang peran sungai yang jadi keseharian masyarakat, misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan.

Masih jarang di Indonesia kajian lingkungan yang dikoneksikan dengan pembelajaran sejarah. Dampaknya, kajian tentang sejarah lingkungan, khususnya lingkungan sungai, minim. Para guru terlalu terpaku pada buku teks yang disusun sejarawan yang memang minim kajian sejarah lingkungan, salah satunya sungai.

Guru sejarah sebenarnya tetap punya ruang untuk membahas obyek yang tidak ada dalam buku teks sejarah dengan lokalitas masyarakat tertentu. Semisal bahasan peradaban sungai bagi siswa yang daerahnya memiliki sungai, maka kebermaknaan belajar sejarah bisa dikaitkan dengan sejarah kemaritiman. Dengan ide-ide baru yang tidak biasa dilakukan umumnya guru sejarah, justru dapat membuka cakrawala siswa.

Guru pun ditantang untuk mengupayakan pembelajaran sejarah yang bermakna. Sebab, belajar sejarah untuk membangun kesadaran kolektif nasional bisa dibangun dengan membuka ruang bagi sejarah lokal.

Guru yang mengambil strategi menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata membuat belajar sejarah jadi bermakna. Memang masih minim sumber untuk sejarah lokal, tapi siswa bisa diajak menggali dari sejarah keluarga dan komunitas.

Metode living museum salah satu untuk mengatasi pembelajaran sejarah yang membosankan. Museum hidup dapat dilihat dari budaya dan tradisi di masa lalu yang masih ada dalam suatu masyarakat/komuniats dan bisa dipelajari dengan menarik.

Pembelajaran sejarah yang sarat nilai bisa dibawa dalam kehidupan keseharian. Saat membahas tentang pahlawan yang dalam buku sejarah dikaitkan dengan sosok pejuang yang berjasa, bisa dibawa dalam pandangan siswa tentang sosok pahlawan. Mereka bisa berangkat dari situasi riil tentang sosok pahlawan dalam hidup mereka, seperti orangtua.

Buku teks sejarah yang berisi sosok elite bisa diperkaya dengan sosok pejuang atau pahlawan wong cilik dalam sejarah keluarga dan memasukkan nilai-nilai. Ketika materi sejarah dinilai Jawa-sentris, guru bisa membuatnya menjadi inklusif dengan membawa lokalitas sejarah. Selain itu, sejarah pun tetap bisa terkoneksi dengan aktivitas dan keseharian masyarakat dan persoalan kekinian, termasuk isu lingkungan.

Pedagogi kreatif itu dapat mengatasi kebosanan pembelajaran sejarah yang sering dengan metode cerita dan materi yang tidak kontekstual. Guru harus mampu menjawab tantangan bahwa sejarah bukan ilmu normatif. Sejarah bisa dibawa pada praksis yang juga berkontribusi dalam pembangunan bangsa, lingkungan hidup, karakter, dan global.

Kreativitas guru dalam mengajar, kemampuan guru mengaktualisasi ilmu, dan menguasai teknologi penting dalam mengembangkan pedagogi kreatif pendidikan sejarah di sekolah.

logoblog

Cara Meningkatkan Kerja Memori (working memory) di Dalam Kelas

Meningkatkan kerja memori sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas. Ada banyak cara untuk meningkatkan kerja memori di kelas, dan penting bagi guru untuk memanfaatkan strategi ini untuk retensi pembelajaran yang lebih efisien. Dengan strategi berbasis penelitian saat ini, guru memiliki banyak ide untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dan meningkatkan kerja memori (working memory).

Apa itu Kerja Memori ?

Kerja Memori adalah salah satu fungsi eksekutif otak dan sering disebut sebagai catatan yang tertempel di otak. Ini adalah sistem kognitif dengan kapasitas terbatas; contohnya adalah mendengar nomor telepon dan mencoba mengingatnya. Hal ini penting untuk penalaran, pengambilan keputusan, dan merumuskan rencana tindakan. Misalnya, semakin pendek kerja memori, semakin banyak pengulangan yang diperlukan. Jika guru dapat meningkatkannya, siswa dapat belajar dan menyimpan lebih banyak informasi.

Ketika usia lebih muda, memori kerja dapat ditingkatkan. Seiring bertambahnya usia, memori itu mulai menurun. Anda harus terus belajar hal-hal baru dan melakukan aktivitas untuk menjaga kerja memori tetap aktif. Kerja memori adalah kapasitas untuk mengetahui atau mempelajari informasi baru. Informasi dikumpulkan oleh indera kita, dan oleh karena itu pembelajaran multisensor sangat penting.

Bagaimana Kerja Memori dapat Ditingkatkan?

Kerja memori dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan alat dan teknik yang tepat di kelas dan secara umum. Terlalu banyak informasi adalah musuh dari kerja memori. Kerja memori memungkinkan pelajar untuk menyimpan potongan informasi dalam pikiran dan memanipulasinya, dan ini sering disebut sebagai ruang kerja mental. Ini membantu siswa tetap fokus dan tetap mengikuti lingkungan mereka. Permainan dan latihan, seperti aktivitas multisensor, adalah cara terbaik untuk meningkatkan kerja memori, dan contohnya tercantum di bawah ini.

Cara Mengoptimalkan Kerja Memori

Menghubungkan Pelajaran Baru dengan Pengetahuan Sebelumnya

Mengaktifkan pengetahuan sebelumnya adalah sebuah strategi, dan itu membuatnya lebih mudah untuk dipelajari ketika Anda mengetahui satu konsep abstrak dan menggunakan konteksnya untuk memahami lebih banyak tentang topik tertentu. Pengetahuan sebelumnya adalah kerangka kerja di mana kita dapat membangun keterampilan baru dan menyimpan informasi dengan lebih baik. Guru harus mencari tahu apa yang sudah diketahui siswa mereka tentang keterampilan khusus, dan ini membantu memaksimalkan waktu dan energi untuk mengajarkan ide-ide baru.

Teknik ini memaksa siswa untuk mengambil informasi yang sudah mereka ketahui dan meningkatkan kemanjuran dalam apa yang mereka butuhkan untuk belajar. Proses ini membantu otak utama dan membedakan antara apa yang sudah mereka ketahui dan perlu pelajari. Belajar adalah proses membuat koneksi di semua bidang studi. Keyakinan siswa pada diri mereka sendiri meningkat selama jenis simulasi ini.

Istirahatkan Otak

Istirahatkan otak diperlukan di kelas untuk segala usia. Banyak di antaranya adalah mengkonsolidasikan ingatan, membuat koneksi, dan memahami informasi yang kompleks. Tanpa istirahat, kita sama sekali tidak bisa belajar. Istirahat otak memungkinkan siswa untuk mendapatkan kembali fokus dan sangat penting bagi siswa yang lebih muda. Otak kita tidak berfungsi secara efisien jika kelebihan beban, dan sangat penting untuk memasukkan istirahat selama hari sekolah.

Istirahat otak aktif berguna dan memungkinkan siswa untuk meningkatkan suasana hati mereka, meningkatkan motivasi, dan meningkatkan fungsi kognitif. Siswa juga membutuhkan waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi satu sama lain, yang memungkinkan siswa untuk berkreasi dan merangsang rasa ingin tahu.

GoNoodle adalah sumber online pendidikan gratis yang sempurna untuk menawarkan istirahat otak di ruang kelas. Basis data memiliki video latihan, menari, peregangan, dan perhatian penuh yang kondusif untuk segala usia dan minat.

Pelajaran Multisensori

Jenis pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk belajar secara optimal karena otak mereka memiliki preferensi dan kekuatan. Guru harus menyadari bagaimana informasi dibawa ke dalam kelas, karena kita semua memiliki berbagai modalitas belajar. Jenis-jenis pembelajaran multisensori adalah visual, auditori, taktil, dan kinestetik. Memanfaatkan jalur pembelajaran saat mengajar membantu memastikan pengetahuan berpindah dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini secara dramatis meningkatkan kemampuan untuk retensi keterampilan dan hasil belajar yang positif. Guru harus mengajarkan pelajaran yang mereka sukai, dan siswa juga akan bersemangat!

Mintalah Siswa Mengajarkan Materi Pelajaran

Peserta didik mengingat 90% dari apa yang mereka ajarkan kepada orang lain. Mengajarkan pelajaran adalah contoh sempurna tentang bagaimana siswa mempertahankan hampir semua apa yang seharusnya mereka ketahui. Tutor sebaya adalah contoh lain dari siswa yang mengajar pelajaran. Ini adalah salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan memori kerja karena informasi harus dipelajari terlebih dahulu dan kemudian diajarkan kepada orang lain; ada pemahaman yang lebih dalam tentang materi pelajaran.

Rutinitas dan Daftar Kegiatan

Siswa membutuhkan rutinitas dan daftar kegiatan di kelas. Komponen manajemen kelas ini memungkinkan setiap orang untuk merasa sukses sebagai bagian dari komunitas kelas. Menetapkan rutinitas dan memasukkan daftar periksa membutuhkan pengajaran eksplisit dan seringkali penggunaan visual. Guru harus mendiskusikan hal ini dan mencontohkan cara kerjanya setiap hari. Konsistensi dan latihan yang disengaja membuat siswa merasa aman dan memungkinkan kerja memori mereka meningkat: misalnya, menyiapkan bahan, menyerahkan pekerjaan rumah, dan bagaimana melakukan tugas kelas sehari-hari.

logoblog

Platform Pembelajaran Online yang Perlu Guru Ketahui

Platform pembelajaran online telah ada sejak 20 tahun yang lalu. Semua itu telah memungkinkan orang untuk menyelesaikan pendidikan tanpa perlu beranjak dari rumah. Baru-baru ini, karena pandemi COVID-19 di seluruh dunia, platform pembelajaran online telah memberi siswa di seluruh dunia sarana untuk tetap terhubung dengan pendidikan mereka ketika sekolah ditutup. Apa sebenarnya platform pembelajaran online itu? Hal-hal apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih platform pembelajaran online? Apa sajakah platform pembelajaran online yang tersedia untuk guru di kelas ?


Apa itu Platform Pembelajaran Online?

Platform pembelajaran online adalah seperangkat alat digital interaktif yang terintegrasi. Alat-alat ini memberi siswa dan informasi pendidik, sumber daya, dan sarana komunikasi untuk membantu mendukung dan meningkatkan mutu pendidikan, penyampaian, dan manajemen pengajaran dan pembelajaran siswa. Platform pembelajaran online memberi pengajar cara untuk terhubung dengan siswa dengan mengirimkan pengumuman, memberikan tugas kelas, dan mendistribusikan tes. Beberapa platform pembelajaran online memungkinkan teman sekelas menggunakan obrolan video untuk melihat dan berbicara satu sama lain dan dengan guru mereka. Platform pembelajaran online dapat menilai pekerjaan dan terhubung dengan siswa dan keluarga mereka. Ada ratusan platform pembelajaran online yang tersedia, dan ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan saat memilih platform yang tepat untuk guru dan siswa.

Hal yang Perlu Dipertimbangkan Saat Memilih Platform Pembelajaran Online

Dengan banyaknya platform pembelajaran online di luar sana, bisa jadi sangat sulit untuk memilih yang tepat. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih yang terbaik untuk Anda sebagai pendidik dan siswa Anda. Sebagai langkah awal, apa yang dibutuhkan pengguna saat belajar? Apakah platform diperlukan untuk mendistribusikan informasi, atau apakah siswa akan berinteraksi satu sama lain, mengirimkan tugas, dan penilaian ?

Yang terakhir biasanya terjadi, yang membuka pintu ke lebih banyak pilihan. Apakah Anda mencari platform online yang kompatibel dengan iPad, desktop, dan ponsel? Ini penting ketika siswa mungkin tidak memiliki perangkat sendiri, mungkin berbagi perangkat dengan teman, atau mungkin tidak memiliki internet harus ke perpustakaan atau melalui hot spot yang tersedia.

Selain itu, kemudahan integrasi merupakan pertimbangan penting lainnya. Apalagi jika siswa tidak memiliki banyak panduan saat meluncurkan platform, seperti yang terjadi pada banyak orang ketika COVID-19 begitu cepat melanda bangsa. Konten yang dapat disediakan platform online adalah pertimbangan yang sangat penting, yang perlu dipertimbangkan dengan sistem manajemen pembelajaran. Di bawah ini adalah empat platform pembelajaran online berbeda yang menurut pengajar berhasil, produktif, dan menarik.

Platform Pembelajaran Online

Seesaw adalah alat manajemen pembelajaran yang menciptakan kolaborasi antara siswa, guru, dan keluarga. Setiap siswa memiliki portofolionya sendiri di mana mereka dapat menyerahkan tugas, menulis catatan, mengunggah foto, dan menyerahkan gambar. Guru memiliki akses ke perpustakaan aktivitas yang memiliki ribuan tugas yang telah dibuat untuk hampir semua topik yang dapat ditelusuri. Pengajar juga dapat merancang tugasnya sendiri dan membagikannya dengan rekan kerja dengan mudah. Saat siswa mengirimkan tugas, tugas tersebut akan dilihat oleh pengajar dan orang tua, membuat sambungan yang mudah ke dalam tugas kelas siswa. Platform ini gratis. Namun, menawarkan juga versi premium yang memiliki fitur tambahan.

Bloomz adalah aplikasi yang pernah mendapat penghargaan yang diberi peringkat, "Aplikasi atau Alat Komunikasi Orangtua-Guru / Sekolah Terbaik" oleh Tech Edvocate dua tahun berturut-turut. Mirip dengan Bloomz memberi pengguna komunikasi dua arah dan portofolio siswa. Bloomz, bagaimanapun, menyertakan fitur pelacakan perilaku yang menurut banyak guru bermanfaat untuk pengumpulan data dan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kepada orang tua tentang hari-hari anak mereka, terutama di era elearning. Orang tua dapat menyukai pekerjaan anak mereka, mengomentari tugas, dan dengan mudah terhubung dengan guru. Salah satu kelemahan Bloomz adalah versi gratisnya membatasi penyimpanan foto / video, sehingga guru yang memposting banyak gambar mungkin kehabisan ruang. Terlepas dari itu, Bloomz layak untuk dipilih.

Google Kelas adalah platform pembelajaran online yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah. Ini bertujuan untuk menyederhanakan pembuatan, distribusi, dan penilaian tugas. Itu membuat berbagi file antara guru dan siswa lebih efisien. Google kelas bekerja dari komputer atau perangkat seluler apa pun. Banyak guru merasa fitur penilaian sangat lancar, dan aplikasi Google terintegrasi penuh dengan Kelas, membuat berbagi Google Dokumen, Slide, dan produk Google lainnya menjadi sangat efisien. Beberapa pengguna mengeluh bahwa antarmuka terlihat membingungkan seseorang yang tidak terbiasa dengan dunia Google. Namun, banyak pendidik yang menganggap platform pembelajaran online ini sebagai favorit, dan Pengguna Google Kelas dua kali lipat selama pandemi menjadi lebih dari 100 juta.

Schoology adalah platform pembelajaran online lain yang layak mendapat perhatian. Schoology dirancang khusus untuk siswa taman kanak-kanak hingga kelas 12. Ini membanggakan menyediakan 200+ alat pendidikan dan integrasi platform, seperti DropBox, Quizlet, dan Infinite Campus. Schoology membuat pembuatan penilaian cukup mudah, dan buku nilai bawaan membuat pelacakan skor menjadi mudah. Satu kelemahan dalam mengadopsi Schoology adalah, karena berbagai fitur dan kemungkinan yang ditawarkan, dapat membingungkan baik bagi pendidik maupun siswa. Penggunaan secara bertahap adalah yang terbaik untuk platform pembelajaran online ini.

Kesimpulan

Sementara platform pembelajaran online telah ada selama beberapa dekade terakhir, baru-baru ini mereka mengalami momentum yang lebih besar. Siswa di seluruh dunia tetap terhubung dengan guru mereka. Ada beberapa pertimbangan penting untuk dipikirkan ketika memilih platform pembelajaran online yang tepat, tetapi dengan ratusan yang tersedia, yang tepat hanya menunggu keputusa Anda sebagai guru atau pengajar.

logoblog

Bagaimana Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Filsuf dan reformis pendidikan John Dewey terkenal karena menciptakan istilah berpikir kritis . Keyakinannya terhadap konsep ini berakar pada apa yang dia sebut sebagai pemikiran reflektif. Seiring dengan perkembangan zaman, begitu pula definisi keterampilan ini, yang dianggap paling penting dalam kesuksesan pribadi dan profesional.

Bagaimana Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Dictionary.com mendefinisikan pemikiran kritis sebagai "Pemikiran disiplin yang jelas, rasional, berpikiran terbuka, dan diinformasikan oleh bukti."

Sekarang setelah kita memahami konsep ini, mari kita tentukan berbagai strategi yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis di antara siswa.

Menanyakan pertanyaan

Disiplin utama untuk berpikir kritis adalah penyelidikan, atau mengajukan pertanyaan. Saat tumbuh dewasa, anak-anak sering kali diberi tahu bahwa "tidak ada pertanyaan bodoh". Untuk sebagian besar orang, masih menghormati pernyataan ini sebagai kebenaran universal, dan pernyataan yang sering ingatkan kepada siswa kita setiap hari. 

Ketika siswa mundur dan menahan diri dari mengajukan pertanyaan, mereka dipandang sebagai pembelajar pasif. Apalagi, para guru tidak memiliki pemahaman tentang ilmunya. Akibatnya, untuk mengaktifkan keterampilan bertanya, guru harus melakukan yang terbaik: Model. Ketika siswa melihat kekuatan mengajukan pertanyaan , mereka akan merasa lebih cenderung untuk mengikutinya.

Guru harus merumuskan pertanyaan terbuka yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Siswa juga harus memahami bahwa komponen utama dalam mengajukan pertanyaan adalah menyimak. Mendengarkan secara aktif dan obyektif dari perspektif orang lain adalah yang dirangkum oleh inkuiri. Guru harus mengingatkan siswa untuk mendengarkan untuk memahami, bukan menanggapi. Membuat catatan selama pertukaran ini sangat dianjurkan.

Berpikir Mandiri

Pemikiran mandiri terdiri dari dua komponen: Refleksi dan penelitian.

Setelah siswa berlatih mendengarkan secara aktif, waktu untuk memproses informasi yang telah mereka kumpulkan menjadi penting. Melakukan percakapan atau mencatat tidak ada gunanya jika siswa tidak diberi waktu untuk merenungkan apa yang telah mereka terima. Mereka juga harus merefleksikan perspektif atau analisis situasi mereka sendiri.

Siswa mungkin kesulitan merumuskan pendapat mereka sendiri dan tidak boleh didorong untuk mengambil pandangan orang lain sebagai "Jadilah semua, akhiri semua." Inilah sebabnya mengapa penelitian juga merupakan ciri dari berpikir mandiri

Apakah siswa menemukan artikel, fakta Google, berkolaborasi dengan kelompok orang tambahan, dan / atau mengeluarkan buku, siswa harus memberikan bukti untuk mendukung alasan mereka. Mendukung perspektif sendiri berasal dari mendengarkan secara aktif, meneliti, dan kemudian merefleksikan perspektif orang lain bersama dengan perspektifnya sendiri

Perluas Peluang Belajar

Ada berbagai aktivitas yang dapat dilakukan guru untuk mendorong pemikiran kritis. Salah satu contoh yang sederhana, dan dapat dilihat sebagai kegiatan pemecah es untuk meningkatkan keterampilan ini, adalah tes penjepit kertas. Kegiatan ini mengajak siswa untuk memikirkan klip kertas terlebih dahulu dan mencatat penggunaannya. Setelah itu, siswa dapat dipasangkan, dikelompokkan, atau bekerja secara individu untuk kemudian mempertimbangkan cara-cara kreatif di mana klip kertas dapat digunakan.

Pembelajaran berbasis proyek adalah cara lain untuk memperkuat keterampilan berpikir kritis. Ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan mengeksekusi. Ketika siswa dapat melihat apa yang telah mereka buat, mereka merasa memiliki atas pembelajaran mereka dan bangga dengan pekerjaan mereka. Kreativitas adalah kunci dalam pembelajaran berbasis proyek.

Pemahaman klasik lainnya yang perlu dipertimbangkan pendidik adalah memungkinkan siswa bergulat. Jangan berikan solusi kepada mereka; biarkan mereka membuat sendiri. Kreasi / kreativitas / kreasi adalah kuncinya. Ketika siswa didorong untuk berpikir di luar batasan perasaan, kebutuhan, atau keyakinan mereka sendiri, mereka mampu menganalisis secara kritis dengan lebih baik.

logoblog

10 Strategi Pengajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Siswa

Salah satu komponen utama abad ke-21 yang guru ingin siswanya gunakan adalah pemikiran tingkat tinggi. Ini adalah saat siswa menggunakan cara-cara kompleks untuk memikirkan tentang apa yang mereka pelajari.

10 Strategi Pengajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Siswa

Pemikiran tingkat tinggi membawa pemikiran ke tingkat yang sama sekali baru. Siswa yang menggunakannya memahami tingkat yang lebih tinggi daripada hanya menghafal fakta. Mereka harus memahami fakta, menyimpulkan, dan menghubungkannya dengan konsep lain.

Berikut adalah 10 strategi pengajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa Anda.

1. Membantu Menentukan Bagaimana Pemikiran Tingkat Tinggi itu

Bantulah siswa memahami apa itu pemikiran tingkat tinggi . Jelaskan kepada mereka apa itu dan mengapa mereka membutuhkannya. Bantulah mereka memahami kekuatan dan tantangan mereka sendiri. Anda dapat melakukan ini dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka dapat mengajukan pertanyaan yang bagus kepada diri sendiri. Itu membawa kita ke strategi selanjutnya.

2. Hubungkan Konsep

Pimpin siswa melalui proses bagaimana menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya. Dengan melakukan ini, Anda mengajar mereka untuk menghubungkan apa yang sudah mereka ketahui dengan apa yang mereka pelajari. Tingkat pemikiran ini akan membantu siswa belajar membuat koneksi kapan pun memungkinkan, yang akan membantu mereka mendapatkan lebih banyak pemahaman. Misalnya, konsep yang mereka pelajari adalah "Tahun Baru China". Konsep yang lebih luas lagi adalah "Liburan".

3. Latih Siswa untuk Menyimpulkan

Ajari siswa untuk membuat kesimpulan dengan memberi mereka contoh "dunia nyata". Anda dapat memulai dengan memberikan gambar kepada siswa tentang orang-orang yang sedang mengantri di dapur umum. Minta mereka untuk melihat gambar dan fokus pada detailnya. Kemudian, mintalah mereka membuat kesimpulan berdasarkan apa yang mereka lihat dalam gambar. 

Cara lain untuk mengajar siswa muda tentang bagaimana menyimpulkan adalah dengan mengajarkan konsep yang mudah seperti cuaca. Mintalah siswa untuk mengenakan jas hujan dan sepatu bot mereka, kemudian minta mereka untuk menyimpulkan menurut mereka seperti apa cuaca di luar.

4. Dorong Siswa untuk Bertanya

Ruang kelas tempat siswa merasa bebas untuk mengajukan pertanyaan tanpa reaksi negatif dari teman atau guru mereka adalah ruang kelas tempat siswa merasa bebas untuk berkreasi. Imbaulah siswa untuk mengajukan pertanyaan, dan jika karena alasan tertentu Anda tidak dapat menjawab pertanyaan mereka selama di kelas, tunjukkan kepada mereka bagaimana mereka dapat menjawabnya sendiri atau minta mereka menyimpan pertanyaan tersebut hingga hari berikutnya.

5. Gunakan Graphic Organizers

Penyelenggara grafis memberi siswa cara yang bagus untuk membingkai pemikiran mereka secara terorganisir. Dengan menggambar diagram atau peta pikiran, siswa dapat lebih menghubungkan konsep dan melihat hubungan mereka. Ini akan membantu siswa mengembangkan kebiasaan menghubungkan konsep.

6. Ajarkan Strategi Pemecahan Masalah

Ajari siswa untuk menggunakan metode langkah demi langkah untuk memecahkan masalah. Cara berpikir tingkat tinggi ini akan membantu mereka memecahkan masalah dengan lebih cepat dan lebih mudah. Dorong siswa untuk menggunakan metode alternatif untuk memecahkan masalah serta menawarkan mereka metode pemecahan masalah yang berbeda.

7. Mendorong Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah ketika siswa menemukan, membayangkan, dan merancang apa yang mereka pikirkan. Menggunakan indra kreatif membantu siswa memproses dan memahami informasi dengan lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa ketika siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang kreatif , hal itu meningkatkan pemahaman mereka. Imbaulah siswa untuk berpikir “di luar kepala”.

8. Gunakan Alam Pikiran

Ketika konsep yang sedang dipelajari sulit, dorong siswa untuk membuat film dalam pikiran mereka. Ajari mereka untuk menutup mata dan membayangkannya seperti pemutaran film. Cara berpikir tingkat tinggi ini akan benar-benar membantu mereka memahami dengan cara yang kuat dan unik.

9. Ajarkan Siswa untuk Menguraikan Jawaban Mereka

Pemikiran tingkat tinggi menuntut siswa untuk benar-benar memahami suatu konsep, bukan mengulang atau menghafalnya. Imbaulah siswa untuk menguraikan jawaban mereka dengan mengajukan pertanyaan yang tepat yang membuat siswa menjelaskan pemikiran mereka secara lebih rinci.

10. Latih siswa dengan QARs

Question-Answer-Relationships, atau QARs, mengajarkan siswa untuk memberi label jenis pertanyaan yang ditanyakan dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk membantu mereka merumuskan jawaban. Siswa harus menguraikan apakah jawabannya dapat ditemukan dalam teks atau online atau jika mereka harus mengandalkan pengetahuan mereka sendiri sebelumnya untuk menjawabnya. 

Strategi ini terbukti efektif untuk pemikiran tingkat tinggi karena siswa menjadi lebih sadar akan hubungan antara informasi dalam teks dan pengetahuan mereka sebelumnya, yang membantu mereka menguraikan strategi mana yang akan digunakan ketika mereka perlu mencari jawaban.

logoblog

Berbicara dengan Siswa tentang COVID-19

Sekolah-sekolah di berbagai belahan dunia telah mengambil langkah-langkah tertentu sebagai tanggapan terhadap penyebaran Coronavirus (COVID-19) untuk menjaga siswa, tenaga pendidik dan kependidikan supaya tetap aman. Meskipun langkah-langkah ini tentu saja perlu, juga mungkin dapat meresahkan bagi siswa yang tidak tahu persis apa yang terjadi utamanya siswa SD, SMP termasuk juga SMA melihat perubahan yang terjadi. Pendidik dan tenaga kependidikan dapat melakukan berbagai hal untuk mengurangi rasa takut dan memberi tahu siswa tentang fakta-fakta sesuai tingkat perkembangan anak.

Berbicara dengan Siswa tentang COVID-19








Berikan Informasi Yang Akurat dengan Sikap yang Tenang dan Meyakinkan

Orang dewasa lebih banyak mendengar dan memahami informasi, dari berbagai informasi bisa saja menyesatkan dan membingunkan. Sudah menjadi sifat manusia untuk kemudian berbagi pesan dan mendiskusikan keprihatinannya. Namun informasi atau pemahaman yang tidak benar atau hanya sekadar untuk menenangkan, ini tidak boleh terjadi di hadapan siswa, terutama mereka yang mungkin tidak dapat sepenuhnya memisahkan antara fakta dan pendapat.

Ketika berbicara tentang COVID-19 di hadapan siswa, penting untuk memberikan informasi yang akurat, dengan cara yang dapat dimengerti oleh mereka. Penting juga untuk menanpilkan diri dengan teanang dan meyakinkan, bahkan  secara pribadi memiliki masalah pada subjek. Siswa dari berbagai usia akan menyedot banyak energi dari guru mereka karena pentingnya hal ini. Jika seorang guru tampak stres dan cemas, maka siswa akan sering bereaksi dengan cara yang sama. Namun akan terjadi sebaliknya jika guru itu tampak rasional dan damai.

Tidak bermasalah untuk memberitahu siswa sekolah menengah bahwa epidemi ini adalah untaian baru dari virus yang telah ada selama hampir 60 tahun. Siswa yang lebih tua akan dapat memahami bagaimana untaian baru dapat berkembang dan perlu waktu untuk membangun kekebalan, menemukan obat, dan membuat vaksin. Pelajaran sejarah yang baik dapat mengurangi ketakutan mereka karena umat manusia telah mengatasi masalah medis sebelumnya seperti polio dan menemukan obat-obatan seperti penisilin melalui uji coba serupa di masa lalu.

Hindari Menggunakan Bahasa yang Menyalahkan Orang Lain atau Mengarah pada Stigma

Terlepas dari usia para siswa, saat ini bukan waktunya untuk berbagi pandangan politik atau menyalahkan mereka yang dipercaya untuk bertanggung jawab atas pandemi ini. Menyampaikan pesan positif terhadap siswa adalah yang terbaik, misalnya mengingatkan siswa bahwa ada ilmuwan di dunia yang saat ini sementara berusaha menemukan vaksin dan obat-obatan untuk membantu.

Adakan Dialog Terbuka

Berikan siswa waktu untuk mengajukan pertanyaan, berbagi keprihatinan, dan menyampaikan hal-hal yang telah mereka dengar untuk membantu memvalidasi perasaan mereka dan mengurangi ketakutan mereka. Saat ini adalah waktu untuk jujur tetapi terbatas dalam informasi. Bersiaplah untuk menjawab pertanyaan dengan fakta, dan pastikan untuk menyampaikan jawaban sesuai dengan usia. Ketika siswa membagikan hal-hal yang telah mereka dengar, penting untuk mengoreksi informasi yang salah dengan cara yang meyakinkan. Untuk mendapatkan informasi terbaru, para guru dan siswa dapat mengunjungi situs web Pusat Pengendalian Penyakit.

Demikian juga, jika siswa mengetahui seseorang yang telah tertular virus, yang terbaik adalah meyakinkan bahwa para medis dapat memberikan dukungan dan karantina yang dapat membantu menghentikan penyebaran virus. Jangan merinci tentang tingkat kematian anak saat ini. Jika siswa bertanya tentang kemungkinan kematian, beri penekanan pada peluang pemulihan dan biarkan orang tuanya  masuk lebih dalam ke dalam percakapan yang lebih dalam.

Ini adalah waktu yang tepat untuk mengajarkan tentang kesehatan dan penyakit menular dan bagaimana mereka menyebar. Biarkan siswa mengambil bagian dalam percobaan yang menunjukkan bagaimana kuman disebarkan dari orang ke orang dan menyaksikan bagaimana kuman menyebar ke seluruh ruangan ketika seorang menyentuh berbagai barang.

Ini juga merupakan saat yang tepat untuk berbicara tentang kebiasaan sehat lainnya seperti makan makanan seimbang dan berolahraga dan istirahat yang cukup untuk memulihkan tubuh. Bagikan kepada siswa bahwa ini adalah cara-cara penting untuk membantu tubuh mempersiapkan diri menghadapi penyakit sehingga dapat pulih lebih cepat dan tidak terlalu terpengaruh oleh segala jenis penyakit. Gunakan waktu ini untuk fokus pada apa yang benar-benar penting, seperti kebersihan yang baik dan tindakan pencegahan.

Pesan untuk Siswa Ketika Sekolah Diliburkan

Menghadapi penyebaran COVID-19 siswa diliburkan belajar dirumah dalam upaya memberikan alternatif yang lebih aman daripada berkumpul di ruang kelas. Ini adalah waktu untuk meyakinkan siswa bahwa beberapa hal akan berbeda untuk sementara waktu, dan akan kembali normal. Berikan kegiatan yang menyenangkan dan menarik yang bisa mereka lakukan di rumah untuk tetap sibuk dan menjadi kreatif.

Himbau siswa untuk memanfaatkan situs pendidikan gratis yang membantu mereka mempertajam keterampilan mereka saat mereka berada di rumah. Ingat guru ada di sana untuk mendidik dan memberikan fakta. Tetap terhubung melalui situs online yang digunakan oleh sekolah, dan terus berbagi pesan positif dan tenang untuk meyakinkan siswa dalam waktu yang tidak biasa ini.

logoblog

Persaingan Manusia dengan Mesin di Era 4.0

Era 4.0 akan mengubah struktur dan lapangan pekerjaan. Sejumlah pekerjaan akan tergantikan mesin. Namun, kemampuan analitik nonrutin dan interaktif nonrutin tidak akan tergantikan mesin. Konsep otomatisasi dalam Revolusi Industri 4.0 akan mengubah struktur dan lapangan pekerjaan, sekitar 50 persen aktivitas manusia dalam pekerjaan global bisa digantikan mesin.



Pekerjaan yang paling rentan diganti otomasi ialah pekerjaan yang mengandalkan aktivitas fisik berulang dan pengolah data. Sedangkan pekerjaan yang sulit diotomasi di antaranya manajerial yang membutuhkan keahlian spesifik dan interaksi dengan para pihak.

Secara lebih rinci,  10 jenis pekerjaan yang akan segera punah karena tergantikan oleh mesin, algoritma, komputer, roboy, perangkat lunak, dan aplikasi. Jenis-jenis pekerjaan tersebut adalah telemarketer, pegawai persiapan pajak, penilai asuransi, wasit dan petugas official olahraga lainnya; sekretaris hukum, pegawai hotel, restoran, kafe, broker perumahan, buruh tani, sekretaris dan pegawai administrasi serta kurir dan pesuruh. ( Klaus Schwab:The Fourth Industrial Revolusion) 

Lebih lanjut dikatakan Schwab mencantumkan 10 jenis pekerjaan yang tidak akan tergantikan proses otomasi. Jenis-jenis pekerjaan tersebut meliputi pekerja sosial untuk kesehatan mental dan penyalahgunaan obat-obatan; obat-obatan; koreografer; dokter dan ahli bedah; psikolog;manajer SDM; analis sistem komputer, antropolog dan arkeolog; insinyur kelautan dan arsitek angkatan laut; manajer pemasaran; serta pejabat eksekutif tertinggi perusahaan (CEO)

Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak hilang karena menggunakan kemampuan berpikir manusia. Ada satu kemampuan yang tidak akan hilang atau tergantikan proses otomasi, yaitu analitik nonrutin dan interaktif nonrutin. Kemampuan berpikir kritis dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks, bukan sekadar menghapal dan melihat/membuka manual.

Banyak jenis pekerjaan kedepan yang tidak ada manual atau pedomannya karena kompleksitas pekerjaan tersebut. Perkembangan teknologi komputasi yang sangat cepat ternyata tidak membuat hidup kita lebih mudah, bahkan menjadi lebih kompleks dan membutuhkan kecakapan khusus untuk menanganinya (Satryo/Kompas/27/01/2020).

Namun, jika menilik kondisi di Indonesia, sebagaian besar atau 50,4 persen pekerja berpendidikan sekolah dasar ke bawah (BPS.2019). Demikian pula jika melihat statistik Pemuda Indonesia 2019, sebanyak 48,04 persen pemuda (usia 16-30 tahun) berpendidikan SMP ke bawah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa daya saing tenaga kerja Indonesia masih rendah. Mereka yang berpendidikan tinggi pun belum tentu sesuai antara pendidikan dan pekerjaannya.

Proyeksi pada 2030, Indonesia membutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil. Saat ini yang tersedia baru sekitar 57 juta orang. Berbagai pelatihan dibutuhkan agar tenaga kerja Indonesia, terutama yang berpendidikan rendah, memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada era 4.0.

Lebih dari itu, pola pendidikan harus diubah dari yang menekankan hafalan menjadi pemelajaran yang mendorong dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Bahkan, lebih dari itu, pemelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan sosial peserta didik.

Di Amerika Serikat kecenderungan pola perekrutan pekerja pasca 1980 yang direkrut adalah mereka yang mempunyai keterampilan sosial yang tinggi, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan bekerja sama dengan orang lain. (The Economist edisi 14 Januari 2017 dalam Kompas id).

Manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi tidak hanya berpendidikan, tetapi juga berkarakter, mampu bekerja sama, dan berkolaborasi. Kemampuan di luar akademis dan teknis tersebut sangat menentukan untuk berkompetisi dengan mesin di era 4.0 ini. Kemampuan tersebut juga sangat dibutuhkan jika ingin mengoptimalkan 27 - 46  juta lapangan pekerjaan baru yang bisa diciptakan dalam proses otomasi pada 2030

logoblog
Copyright © Manajemen Sekolah. All rights reserved.